Casminih Tapip

Kepala Sekolah di SMAN 1 Karangtengah Cianjur. Senang menulis dan terus menulis. Memiliki keluarga kecil, suami dan dua anak lelaki. Keluarga bahagia dun...

Selengkapnya
Navigasi Web
Berkebun di Sekolah? Mengapa Tidak     (Tantangan Hari Ke-20#Tantangan Gurusiana)

Berkebun di Sekolah? Mengapa Tidak (Tantangan Hari Ke-20#Tantangan Gurusiana)

"Cangkul, cangkul, cangkul yang dalam. Menanam jagung di kebun kita". Masih mengingat lagu itu? Sepertinya semua orang masih mengingatnya karena isi lagu itu sangat bersahaja. Lagu itu juga mengingatkan kita bahwa bangsa Indonesia ini adalah bangsa agraris. Mata pencaharian terbesar penduduk Indonesia adalah pertanian.

Mendengar kata pertanian, terpikir oleh kita akan lahan yang luas untuk menanam segala tanaman pertanian. Padi, palawija, sayur-mayur, contoh tanaman yang biasa ditanam di area pertanian dengan lahan tanam yang tidak sempit. Terpikir oleh kita, tidak bisakah menanam tanaman di lahan yang sempit? Jawabannya sangat bisa. Bahkan, tanpa tanah sekalipun, kita bisa berkebun. Kebun kita akan terlihat bersih dan indah serta segar dipandang mata bila ditanam tanpa tanah.

Lalu, bisakah berkebun di sekolah? Merujuk kepada penjelasan di atas, bahwa berkebun itu bisa tanpa tanah dan di lahan sempit, maka jawabannya, bisa. Metode bertanam yang tak mengotori tempat karena tidak menggunakan media tanah, yaitu metode tanam 'Hidroponik'. Berkebun dengan menggunakan media tanam air ini bisa dilakukan di semua rumah bahkan di sekolah.

Berkebun dengan cara hdiroponik telah dilaksanakan di SMAN 1 Sukaresmi Kabupaten Cianjur. Teknik bertanam ini sudah masuk ke dalam materi pembelajaran Kewirausahaan. Melalui kemasan pembelajaran yang membekali para siswa agar memiliki jiwa wira usaha, berkebum secara hidroponik ini dikenalkan kepada seluruh siswa. Kelas X, kelas XI, dan kelas XII, telah dikenalkan oleh para guru Kewirausahaan akan teknik bertanam tanpa tanah ini.

Betanam dengan cara hidroponik ini sebenarnya tidak terlalu asing. Perlu persiapan yang agak berlebih bila dibandingkan dengan bertanam dalam tanah, barangkali faktor yang tidak mendekatkan cara ini kepada masyarakat. Harga bahan-bahan yang diperlukan juga mungkin saja akhirnya menghadirkan keputusan untuk tidak memilih cara ini. Padahal, penyediaan bahan-bahan pada awal tanam yang dinilai agak berlebih itu, bisa digunakan berulang-ulang pada penananam berikutnya. Jadi, biaya tanam atau biaya produksi sebenarnya bisa dikatakan tidak terlalu mahal.

SMAN 1 Sukaresmi memiliki 4 area tanam hidroponik. Tanaman yang dipilih untuk ditanam yaitu tanaman sayur-mayur. Kegiatan awal tanam hingga perawatan tanaman dilakukan oleh para siswa dengan dipantau oleh para guru Kewirausahaan. Setelah usia tanaman mencapai usia panen, para siswa juga yang melakukan pemanenan sayuran tersebut. Hasil panen kemudian dikemas untuk dipasarkan. Pangsa pasar masih dipilih untuk kalangan sendiri. Hal itu mengingat hasil produksi yang masih sedikit dan jadwal pembelajaran siswa yang menghabiskan waktu hingga sore hari.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren SMA 1 Sukaresmi

19 Feb
Balas

Bagus banget. Saya sendiri menerapkannya di rumah dalam skala kecil. Semoga tambah maju!

19 Feb
Balas

Perlu dicoba nih di rumah....

19 Feb
Balas



search

New Post